Jumat, 22 Januari 2010

THE SOONER THE BETTER by. A.A ADRIANTAMA- MAJALAH CHIC

“Kamu harus putus dari Bram sekarang juga” ujar papa sambil berkacak pinggang. Mama hanya mendengarkan saja, tapi dari raut wajahnya menyiratkan beliau mendukung semua omongan papa.
Sinta kebingungan. Putus???? Ngga salah dengar ni??? Tapi berhubung telinganya masih baik dan pendengarannya masih oke, sepertinya memang yang ditangkap oleh telinganya tidak salah.” Pokoknya papa tidak mau tau, kamu harus putus sekarang juga”.lanjut papa sambil memasang tampang berwibawa. Maklum pejabat tinggi Negara.
“ Nggak usah berbicara “ potong papa sambil menggoyangkan jari telunjuknya ke kanan dan kekiri. Sinta memasang muka cemberut, lebih jelek dari orang yang ngga dapat uang jajan dua tahun dua bulan. Papa dan mama meninggalkannya di rung tengah. Beberapa pengawal mengikuti mereka, begitu juga dengan beberapa asisten pribadi papa. Sinta hanya duduk di sofa dengan kepala pusing.
***
“Tidak banyak yang papa minta dari kamu. Hanya itu saja. Kamu harus ptus dari Bram. Cari pacar lagi yang sesuai. Masak sich nggak bisa?” Tanya papa. Mama merangkul sinta yang terdiam. “Sudah turuti saja kemauan papa. Toh, demi kebaikan kamu juga kan. Lagian apa susahnya sich cari pacar lagi. Kamu kan masih muda jadi bisa milih yang paling sesuai dengan kamu” kata mama.
Liburan kali ini menjadi tidak indah lagi gara-gara papa meminta Sinta putus dari Bram. Kenapa ya papa memintanya putus dari Bram? Ada apa ya??

***

“Kamu harus pacaran dengan Bram. Dia laki-laki yang baik, bertanggung jawab, sopan, pendidikan bagus, ganteng pula” ujar papa empat tahun yang lalu. Papa berpromosi panjang lebar tentang Bram. Sinta hanya tersenyum saja karena Sinta sudah punya pacar yang tidak kalah ganteng, baik, sopan,dan lain-lain dech. Jadi kenapa harus pacaran dengan Bram??

***

Anak Wakil Presiden pacaran dengan Putra Presiden. Begitulah yang di beritakan di surat kabar, tabloid, majalah, infotainment, berita politik, dan lain-lain. Sinta harus pusing tujuh keliling dikejar-kejar jurnalis dari berbagai bentik dan ukuran dan dari berbagai media. Ada yang nongkrongin di kampus, kafe, mall, plaza, salon, rumah temannya dan semua tempat yang biasa ia datangi. Untung saja pasukan pengawal wakil presiden selalu melindunginya.
Pertanyaannya pun selalu itu-itu saja lagi. Tapi, ada enaknya juga lho pacaran sama anak presiden. Pengawal jadi tambah banyak, nggak ada lagi yang mengganggu. Sinta sendiri menikmati menjadi anak seorang wakil presiden. Kalau mau makan di restaurant, cafe, lounge, atau warung pinggir jalan harus steril dari orang-orang. Belasan orang tinggi tegap, berkacamata hitam selalu berada di sekitar Sinta dan Bram.

***

“Papa bangga sama kamu. Bisa pacaran sama Bram, kamu memang anak yang bisa dibanggakan orang tua” ujar papa seraya memeluk Sinta. Sinta sendiri hanya bisa tersenyum. Antara bangga dan getir bercampur menjadi satu. Sinta senang bisa punya pacar seorang putra presiden tapi dia juga sedih karena meninggalkan Roy, pacar terdahulunya. Coba gue terusin aja pacaran sama Roy, mungkin sekarang sudah punya villa di Eropa, rumah peristirahatan di afrika sana, bungalow di Amerika selatan atau jalan-jalan ke luar angkasa. Roy adalah anak konglomerat. Rumahnya ada 20 di hampir semua benua kecuali di benua Antartika.
Tapi sekarang Sinta bukan lagi pacar Roy tapi pacar Bram. “Kamu pacaran sama Bram. Ini koalisi yang bagus buat karir papa dan keluarga ini. Selain itu, juga cocok untuk putri papa yang paling cantik sejagad” puji papa. Sinta tersenyum pahit mengingat Roy yang memakinya gara-gara diputuskan begitu saja. Sinta masih ingat semua itu. Ya, wajar saja setelah pacaran sejak SMU, Roy didepak begitu saja. Sinta memaklumi kalau Roy murka sampai mengeluarkan sumpah serapah segala. Bahkan, saat Roy marah, petir bersahutan di langit.

***

“Kalau kamu terus pacaran sama Bram mau ditaruh dimana muka papa?” ujar papa. Sinta terdiam walaupun dia ingin sekali bercanda. Tahun ini papanya akan segera maju menjadi kandidat calon presiden. Benar juga sih kata papa. Tidak mungkin pacaran sama Bram karena orang tua mereka akan saling berhadapan dalam pemilihan presiden nanti. Masak dia datang ke rumah Bram sementara orang-orang tahu kalau dia adalah putri saingan mereka. Apa Bram juga masih berani datang ke rumahnya? Jangan-jangan nanti isinya adu kampanye? Papa kasih ceramah kepada Bram. Wah, benar juga apa kata papa.

***

“The sooner the better”, lanjut papa. Sinta mengangguk. Ya, lumayanlah pacaran dengan anaknya orang-orang top. Tapi kali ini sama siapa ya?? “calon pacarmu itu guanteng, pokoknya oke dech. Ayahnya konglomerat besar.”ujar papa berpromosi. “kebetulan ayahnya itu pendukung ayah nomer satu. Dia enggak pengen jadi wakil presiden, menteri atau hal lainnya. Dia hanya ingin berbisnis dengan papa. Orangnya ingin berada di balik layar. Tapi yang pasti anaknya ganteng kok, cerdas dan punya sopan santun” ujar papa sambil mengacubgkan jempolnya.
Sinta kembali tersenyum. Papanya selalu bisa merekomendasikan cowok-cowok kelas atas yang top. Pokoknya nyaris tanpa cacat. Kalau nggak oke bisa cari yang lain. “Ini fotonya”,kata papa sambil memberikan selembar foto. Sinta menerimanya dan sangat kaget. “ganteng kan, belum apa-apa kamu sudah kaget melihat kegantengannya,”ledek papa dan mama.
Sinta pucat pasi. Dipegangnya foto itu. Dia benar-benar cowok yang ganteng, super sempurna, tapi masalahnya di adalah Roy!! Masak balik lagi sama dia sih?? Kalau pinjam kata-kata papa, mau ditaruh dimana muka gue! Mau ditaruh dimana harga diri gue? “The sooner, the better,” ujar papa dan mama sambil melirikkan mata. Entah meledek atau…

THE***END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar